"A sense of disappointment and resentment that documented by memories, emotions, body and flowing blood, the pain visual as an escape and release for tired looking for a solution to try to reconcile and understand reality. We are the generation that had grown in the middle of the stench of spilled blood and dead bodies rotting by the arrogance of absolute truth and the existence of excessive fanaticism. Love and affection so great, it's also taught us how to hate and kill."

Senin, 29 Maret 2010

Absurditas dalam Sudut Pandang Albert Camus


Menurut Camus, dalam bukunya yang berjudul "Mite Sisifus: Pergulatan dengan Absurditas", absurditas adalah sebuah pemberontakan. Manusia absurd adalah manusia yang mengerti arti dari absurditas itu sendiri. Inilah pemberontakan yang dilakukan oleh manusia; manusia dalam pemberontakan tertarik pada realits, karena ia tidak dapat memahaminya. Ia jauh dari sikap mengalah, jauh dari sikap melarikan diri. Ia berdiri menantang, berjuang tanpa harapan. Ia tahu ia akan mati, tetapi ia akan tetap melawan, ia ingin hidup dan tidak mau menyerah. Pemberontakan itu meberikan nilai kepada kehidupan. Membalikan kebebasan pada eksistensi manusia.

Konsep Pemberontakan manusia dari Camus ini mengantarkan pada konsep baru tentang kebebasan. Karena manusia menyadari tentang absurditas sedangkan tidak ada ukuran nilai, tidak ada keputusan terbaik yang harus dibuat. Hidup terbaik tidak selalu bermakna, tetapi hidup saat ini dan disinilah yang lebih bermakna (teori Carpe Diem). Karena tidak ada nilai, maka manusia pun merasa bersalah atas perbuatannya itu. Tidak ada keharusan untuk menjelaskan perbuatan pada orang lain karena setiap orang mempunyai tujuan hidupnya masing-masing.

Yang menarik dari penggambaran pemberontakan tentang absurditas ini adalah mengenai pemberontakan, kebebasan, kesadaran, dan perasaan tidak bersalah. Hal ini disebabkan karena manusia menyadari bahwa dunia ini irasional. Sedangkan pada sisi lain ia menginginkan kebebsan universal. Kesadaran ini lah yang mengantarkan kepada pemahaman tentang absurditas, sehingga manusia tidak mempercayai apa pun lagi selain kenyataan disini dan sekarang. Ia adalah manusia hari ini. Manusia seperti ini tahu bahwa kehidupannya bukanlah persoalan bagaimana menjelaskan dan menyelesaikannya, tetapi memahami dan menggambarkannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar