"A sense of disappointment and resentment that documented by memories, emotions, body and flowing blood, the pain visual as an escape and release for tired looking for a solution to try to reconcile and understand reality. We are the generation that had grown in the middle of the stench of spilled blood and dead bodies rotting by the arrogance of absolute truth and the existence of excessive fanaticism. Love and affection so great, it's also taught us how to hate and kill."

Kamis, 22 April 2010

Anak Tunawisma dan Keluarga Kucing

Siang itu, aku akan beranjak untuk pergi ke pet shop membeli makanan kucing kesayanganku. Tiba-tibu ibu pulang dari kantor dan ingin membeli beberapa kue untuk acara keluarga di toko kue depan rumah. Sembari menyiapkan motor kesayanganku, tatapanku tertuju pada beberapa ekor kucing berbulu bagus. Ada 3 ekor kucing; 2 anak dan 1 induknya. Mereka terlihat sangat bahagia sekali. Si anak kucing bermain dan berlarian di depan toko kue itu.
Tak jauh dari tempat itu ada keluarga tunawisma yang sedang meminta sedekah kepada pemilik warteg depan rumahku.

Karena aku tergesa-gesa, lalu aku menghampiri ibu yang masih di dalam toko kue untuk berpamitan dan memberikan kunci rumah. Aku berkata kepada ibu, "Mam, kucingnya bagus ya...". Ibu menjawab, "Iya, bagus warnanya...bersih lagi."
Keluarga kami adalah keluarga pecinta kucing, tetapi kami hanya mempunyai satu ekor kucing silangan Jawa - Persia betina bernama "Mimin".

Tak jauh dari kucing-kucing tersebut, salah satu dari anak gelandangan itu mendekat sembari membawa kantong plstik berwarna ungu. Lalu ibu bertnya kepada anak tersebut, "Kucing kamu ya?", anak tadi menjawab, "Iya..." jawab anak itu. Setelah aku beranjak dari hadapan ibuku, ternyata sang pemilik toko roti menghampiri ibuku dan berkata, "Dulu keluarga itu (keluarga tubawisma) itu tinggal di rumah kosong sebelah toko bu. Kaos yang dipakai anak itu juga saya yang memberi, dulunya bersih, tapi sekarang jadi lusuh seperti itu." kata sang pemilik toko roti.
Ibu hanya mengangguk saja. Sang pemili k toko melanjutkan ceritanya, "Kucing itu punya mereka, kemana-mana selalu dibawa...kadang-kadang dibawa dengan dimasukan ke dalam kantong plastik yang dibawa anaknya itu. Yang membuat saya iba, bila waktu makan tiba ibu keluarga tunawisma itu membeli nasi seadanya untuk kedua anaknya tersebut, dan mambagi lagi dengan keluargakucing yang ikut bersama mereka."
Ibu mengelengkan kepala dan berdecak sembari memnyebut masya Allah.

Keluarga tunawisma yang susah dalam mencari makan untuk anak-anaknya masih mau mambagi makanan dengan binatang yang hidup bersama mereka. Alangkah besar kasih sayang keluarga tunawisma tersebut. Manusia yang mau berbagi kasih sayang kepada sesama ciptaan Allah, maka ia juga akan di kasihi Allah. Masya Allah...semoga Allah melapangkan jalan mereka...amien..amien..amien...