Seperti yang telah dikatakan Sartre, bahwa kata eksistensialisme sangat sulit dimengerti maknanya. Dewasa ini, banyak orang yang menggunakan kata eksistensialisme dalam berbagai bidang dengan sangat luas, sehingga kata ini tidak lagi mempunyai makna apa pun lagi (2002: 22). Menurut Bartens (1987: 11), istilah "eksistensialisme" dalam arti seperti dalam filsafat masa kini berasala dari Kierkegaard. Yang bereksistensi dalam arti istimewa adalah individu yang tampil ke muka dalam kepedihan dan kesepian, dalam keraguan dan keagungan, dan khususnya dalam kesengsaraan. Arti kata eksistensi (existency) adalah exist yang berasal dari bahasa Latin "ex" yang berarti keluar dan "sistere" yang berarti diri sendiri. Sudarsono mengungkapkan bahwa eksistensi secara lengkap memiliki makna bahwa manusia berdiri sebagai dirinya dengan keluar dari dirinya sendiri. Maksudnya ialah, manusia sadar bahwa dirinya ada. Dalam pemikiran ini jelas bahwa manusia dapat memastikan diri bahwa dirinya ada (1993: 344 ).
Eksistensialisme telah merangkum berbagai filsafat yang berbeda dengan sedikit ciri yang umum dan tema-temanya yang tersebar luas, maka definisi eksistensialisme itu sendiri ialah gerakan filsafat yang terdiri dari berbagai filsafat yang tertumpu pada landasan yang sama yakni fenomenologi dan yang memiliki objek penelitian yang sama, yaitu keberadaan sebagai suatu corak "ada" manusia yang khas.Fokusnya ada;ah manusia dan kesadaran subjektifnya atas dirinya sendiri sebagi "ada-dalam-dunia" (Misiak, 1998: 117-118).
Referensi: Bartens, Kees. 1997. Fenomenologi Eksistensial. Jakarta: PT. Gramedia
Misiak, Henryk dan Virginia Staudt Sexton. Alih bahasa oleh E. Koeswara. 2005. Psikologi Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Humanistik. Bandung: PT. Refika Aditama
Sudarsono. 1993. Ilmu Filsafat. Yogyakarta: Rieneka Cipta
Eksistensialisme telah merangkum berbagai filsafat yang berbeda dengan sedikit ciri yang umum dan tema-temanya yang tersebar luas, maka definisi eksistensialisme itu sendiri ialah gerakan filsafat yang terdiri dari berbagai filsafat yang tertumpu pada landasan yang sama yakni fenomenologi dan yang memiliki objek penelitian yang sama, yaitu keberadaan sebagai suatu corak "ada" manusia yang khas.Fokusnya ada;ah manusia dan kesadaran subjektifnya atas dirinya sendiri sebagi "ada-dalam-dunia" (Misiak, 1998: 117-118).
Referensi: Bartens, Kees. 1997. Fenomenologi Eksistensial. Jakarta: PT. Gramedia
Misiak, Henryk dan Virginia Staudt Sexton. Alih bahasa oleh E. Koeswara. 2005. Psikologi Fenomenologi, Eksistensialisme, dan Humanistik. Bandung: PT. Refika Aditama
Sudarsono. 1993. Ilmu Filsafat. Yogyakarta: Rieneka Cipta