"A sense of disappointment and resentment that documented by memories, emotions, body and flowing blood, the pain visual as an escape and release for tired looking for a solution to try to reconcile and understand reality. We are the generation that had grown in the middle of the stench of spilled blood and dead bodies rotting by the arrogance of absolute truth and the existence of excessive fanaticism. Love and affection so great, it's also taught us how to hate and kill."

Senin, 31 Mei 2010

in search of the meaning of tragedy

Ini lah aku...
Seorang yang terus menatap ke depan dengan pandangan kosong dan tidak berharap atas apa yang sudah dikerjakan. Apa pun itu, aku terima dengan busungan dada seraya menantang maju. Tanpa rasa takut aku terus melangkah setapak demi setapak dalam kehidupanku, tanpa rasa-ragu aku menyingkirkan musuh-musuh yang menghalangi langkahku, tanpa menyerah aku terus bangkit untuk maju dan melawan.

Dalam heningku aku berpikir...apa yang akan terjadi kelak, dan pikiran itu pun tiba-tiba menghilang. Ah, aku sudah tidak berharap apa-apa lagi, harapan itu sudah sirna seiring dengan berjalannya waktu seperti kata Albert Camus dalam Mite Sisifus.

Dan sekarang aku hanya mengerjakan apa yang harus aku kerjakan, dan tetap terus belajar sesuatu untuk aku amalkan kepada orang lain, tanpa berharap apa-apa...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar